Senin, 31 Oktober 2011

Ikan Interseksual Kali Surabaya Dipicu oleh Pil KB

Ditemukannya ikan interseksual atau berubahnya ikan jantan menjadi betina disebabkan banyaknya bahan pencemar di Kali Surabaya. Terdiri dari estrogen sintetis dan bahan kimia.

Prigi Arisansi Direktur Eksekutif Ecoton menjelaskan estrogen sintetis berasal dari urin manusia yang menggunakan pil kontrasepsi. Selain itu juga akibat penggunaan hormon dalam pakan ternak untuk penggemukan dan pembiakan ikan, ayam, sapi dan lainnya.

Bahan kimia yang diduga kuat menyebabkan ikan interseksual adalah nonylphenol ethoxylates (NPE) yang merupakan turunan minyak bumi dan banyak digunakan dalam pembuatan deterjen, kertas dan bahan pemadam api. Biasanya bahan-bahan itu merupakan limbah rumah tangga, hotel dan rumah sakit.

Pestisida berupa chytrid (anti jamur) dan atrazine (anti gulma) yang berasal dari limpasan air hujan dari lahan pertanian. Senyawa logam berat yaitu limbah dari industri logam dan elektronik serta platicizer limbah industri plastik.

Sedangkan beberapa obat kimia penyebab ikan interseksual adalah pil kontrasepsi mengandung hormone estrogen sintetis 17α-ethinylestradiol, obat anti kejang carbamazepine, dan obat penenang fluoxetine.

"Jika terkena bahan-bahan itu, ikan interseksual akan mengalami gangguan reproduksi, sehingga dikhawatirkan akan menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan di sungai," kata Prigi seperti yang terungkap dalam rilis pada suarasurabaya.net, Minggu (30/10/2011).

Penelitian Ecoton Juli hingga Agustus 2011 menunjukkan bahwa 84 persen dari total jumlah ikan yang ditangkap di sepanjang Kali Surabaya dari Mlirip hingga pintu air Gunung Sari, memiliki alat kelamin betina. Tujuh jenis ikan terbanyak yang berhasil ditangkap di Kali Surabaya selama Juli-Agustus 2011 adalah Ikan Sapu-sapu sejumlah 245 ekor, Ikan Bader Putih dengan 149 ekor, 119 ekor Ikan Bader Merah, 88 ekor Ikan Jendil atau Wakal, Ikan Rengkik dengan 47 ekor, Ikan Keting 35 ekor dan Ikan Nila 22 ekor.

Kali Surabaya selama hampir 30 tahun terakhir menjadi saluran pembuangan limbah kimia industri, tempat sampah besar dan WC Umum yang bebas dibuangi kotoran manusia, air kencing dan sampah.

Dalam inventarisasi sarana sanitasi tercatat 243 WC helikopter yang ada di bibir sungai, model WC helicopter ini memungkinkan orang bisa buang hajat langsung ke Kali Surabaya, 7000 bangunan pemukiman di bibir sungai juga memberikan kontribusi limbah domestik dan industri sebesar 75 ton limbah cair industri dan 5 ton tinja yang bebas digelontorkan ke Kali Surabaya. Belum lagi buangan tinja ternak sapi yang banyak ditemukan di bantaran Kali Surabaya.

Ecoton merinci komposisi sampah padat yang mengapung di Kali Surabaya didominasi oleh sampah tanaman seperti ranting pohon, dedaunan dan sampah sayuran dengan 44 persen. Diikuti kemudian 27 persen sampah plastik seperti bungkus mie, minuman, sampo, deterjen dan lain-lain. Kemudian 15 persen popok bayi dan pembalut sekali pakai, 7 persen tinja manusia, 4 persen bangkai hewan dan jeroan serta 3 persen lain-lain diantaranya bola lampu, kain, styrofoam.

Dengan temuan-temuan termasuk limba yang terkandung di dalam Kali Surabaya, Prigi meminta Pemerintah mengkaji ulang pemanfaatan Kali Surabaya yang selama ini menjadi bahan baku air minum PDAM Surabaya. Padahal air itu dikonsumsi oleh seluruh masyarakat Surabaya dan sekitarnya.(git)

Laporan Agita Sukma Listyanti
http://kelanakota.suarasurabaya.net/?id=1c99c4103ce5e08c22f7a417cae1d028201199405
***

Artikel Terkait :

Ecoton Temukan Banyak Ikan Ganti Kelamin di Kali Surabaya

Penemuan mengejutkan datang dari Ecoton (Ecological Observation and Wetlands Conservation) atau Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah. Bahwa telah terjadi perubahan kelamin ikan dari jantan menjadi betina di Kali Surabaya.

Hasil temuan Ecoton menyebutkan bahwa dominasi ikan betina di Kali Surabaya mencapai 84 persen. Ini diduga karena ikan jantan mengalami feminisasi yang dipicu oleh tingginya tingkat pencemaran di Kali Surabaya.

Prigi Arisandi Direktur Eksekutif Ecoton menjelaskan feminisasi ikan adalah perubahan fisiologis pada ikan jantan sehingga memiliki 2 organ kelamin yaitu kelamin jantan dan betina (ikan interseksual) serta dapat menghasilkan sel telur.

"Ini karena dalam perkembangannya ikan jantan terpapar oleh limbah urin perempuan yang mengkonsumsi pil kontrasepsi dan bahan-bahan kimia, antara lain pestisida, PCB, logam berat, deterjen, plastilizer (bahan pembuat plastik) dan shampo serta obat-obatan kimia yang berperilaku menyerupai estrogen, hormon betina," papar Prigi dalam rilis yang diterima suarasurabaya.net, Minggu (30/10/2011).

Kromoson ikan berkelamin jantan terususun atas kromosom X Y, sedangkan pada Kelamin betina kromosomnya adalah X X. Kromoson Y umumnya gampang rusak dan tidak kuat sehingga sensitif atau rentan terhadap bahan-bahan pencemar di alam.

Perubahan kelamin ini ternyata juga banyak terjadi di negara industri seperti Amerika dan Inggris. Sayangnya, kata Prigi, di Kali Surabaya penanganannya kurang serius.

Lebih lanjut, Prigi mengatakan 84% ikan salmon di Hanford Reach Washington, Amerika Serikat, memiliki organ kelamin betina padahal secara genetis merupakan ikan jantan.

Ahli biologi United States Geological Survey (USGS) meneliti ikan bass dan menemukan fakta 73% ikan bass di Sungai Mississippi adalah ikan interseksual, yaitu ikan jantan yang mengalami feminisasi sehingga memiliki organ reproduksi betina.

Menurut peneliti USGS, jumlah ikan interseksual paling banyak ditemukan di sekitar lahan pertanian intensif dan permukiman padat penduduk.(git)

Laporan Agita Sukma Listyanti
http://kelanakota.suarasurabaya.net/?id=82851243aef82eaa8d358a9959f70046201199404


0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Design Blog, Make Online Money